Gambar Prospektif: Fun-Smart-Ideologis
Minggu, 22 Februari 2015
Sabtu, 15 September 2012
Kebaikan itu adalah... (gambaran ke-3)
Baginda Rasulullah dalam sabdanya yang dituturkan oleh Jarir bin Abdillah, "Siapa saja yang meretas jalan kebaikan di dalam Islam, baginya pahala atas perbuatan baiknya itu dan pahala dari orang-orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka. Siapa saja yang yang meretas jalan keburukan di dalam islam, baginya dosa atas perbuatan buruknya itu dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejak keburukannya itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (H.R. Muslim)
Maknanya, siapa saja yang mempropagandakan kebaikan, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan termasuk dukungan, lalu kebaikan itu dilakukan oleh orang lain, maka bagi dirinya dua pahala. Begitupun sebaliknya, bagi orang yang mempropagandakan keburukan baik dengan ucapan maupun dengan tindakan termasuk dengan dukungan. Baginda Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya: "Siapa yang menunjuki orang lain pada kebaikan bagi dirinya pahala yang dengan orang yang melakukan kebaikan itu." (H.R. Muslim)
Oleh sebagian ulama, hadits ini dijadikan rujukan atas keutamaan berdakwah atau menyampaikan hidayah Islam kepada manusia. Hadits ini juga menunjukkan arti pentingnya mengamalkan atau menyebarkan ilmu. Bahkan ilmu yang diamalkan dan disebar luaskan merupakan salah satu amalan yang pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya meski ia telah wafat. Persis sebagaimana sabda Rasul SAW, yang artinya: "Saat anak Adam meninggal, terputus semua pahala dan amalnya kecuali tiga; Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh yang selalu mendoakan dirinya." (H.R. Bukhari, Muslim)
Alhasil, Gambar Prospektif mengajak, marilah kita berlomba-lomba meretas jalan kebaikan dengan cara: Pertama, menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang kita miliki. Kedua, berdakwah menyebar luaskan hidayah Islam kepada manusia. Dakwah adalah aktifitas mulia karena merupakan aktifitas para Nabi dan Rasul Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan dakwah, umat manusia bisa tertunjuki pada hidayah-Nya. Karena itu, marilah kita menyebar luaskan dakwah Islam walau dengan menyampaikan hanya satu ayat. Sebagaimana sabda Rasul SAW, yang artinya: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (H. R. Bukhari, Muslim)
Maknanya, siapa saja yang mempropagandakan kebaikan, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan termasuk dukungan, lalu kebaikan itu dilakukan oleh orang lain, maka bagi dirinya dua pahala. Begitupun sebaliknya, bagi orang yang mempropagandakan keburukan baik dengan ucapan maupun dengan tindakan termasuk dengan dukungan. Baginda Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya: "Siapa yang menunjuki orang lain pada kebaikan bagi dirinya pahala yang dengan orang yang melakukan kebaikan itu." (H.R. Muslim)
Oleh sebagian ulama, hadits ini dijadikan rujukan atas keutamaan berdakwah atau menyampaikan hidayah Islam kepada manusia. Hadits ini juga menunjukkan arti pentingnya mengamalkan atau menyebarkan ilmu. Bahkan ilmu yang diamalkan dan disebar luaskan merupakan salah satu amalan yang pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya meski ia telah wafat. Persis sebagaimana sabda Rasul SAW, yang artinya: "Saat anak Adam meninggal, terputus semua pahala dan amalnya kecuali tiga; Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh yang selalu mendoakan dirinya." (H.R. Bukhari, Muslim)
Alhasil, Gambar Prospektif mengajak, marilah kita berlomba-lomba meretas jalan kebaikan dengan cara: Pertama, menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang kita miliki. Kedua, berdakwah menyebar luaskan hidayah Islam kepada manusia. Dakwah adalah aktifitas mulia karena merupakan aktifitas para Nabi dan Rasul Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan dakwah, umat manusia bisa tertunjuki pada hidayah-Nya. Karena itu, marilah kita menyebar luaskan dakwah Islam walau dengan menyampaikan hanya satu ayat. Sebagaimana sabda Rasul SAW, yang artinya: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (H. R. Bukhari, Muslim)
Jumat, 14 September 2012
Kebaikan itu adalah... (gambaran ke-2)
Dalam Islam, baik pelaku kebaikan ataupun keburukan tentu akan mendapatkan konsekuensi pahala atau dosa. Pelaku kebaikan akan mendapatkan pahala dan surga, pelaku keburukan akan mendapatkan dosa dan azab neraka. Namun, sesungguhnya konsekuensi bagi keduanya, yakni saat masing-masing menjadi teladan atau ikutan bagi orang lain.
Seorang pelaku kebaikan akan mendapatkan dua pahala; pahala atas perbuatan baik yang ia lakukan dan pahala dari orang yang meneladani atau mengikuti jejak kebaikannya. Demikian pula pelaku keburukan, ia pun akan mendapatkan dua dosa; dosa atas perbuatan yang ia lakukan dan dosa dari orang yang meneladani atau mengikuti keburukannya.
Dalam hadits Nabi saw. yang lain sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra. juga mengungkapkan maksud serupa:
"Siapa saja yang menunjukkan jalan kebaikan, bagi dirinya pahala yang serupa dengan pahala orang-orang yang mengikuti kebaikan itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka, siapa saja yang menunjukkan jalan kesesatan, bagi dirinya dosa yang serupa dengan dosa orang-orang yang mengikuti kesesatan itu, tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (H.R. Muslim)
Khusus yang terkait dengan kebaikan, Baginda Rasulullah juga bersabda, yang artinya:
"Demi Allah, hidayah Allah yang diberikan kepada seseorang melalui dirimu adalah lebih baik bagi kamu daripada seekor unta merah." (Mutaffak'alaih)
Unta merah adalah harta yang paling dibanggakan bangsa Arab saat itu. Tidak ada yang lebih berharga dari itu.
Jumat, 07 September 2012
Kebaikan itu adalah... (gambaran ke-1)
Tujuan Gambar Prospektif adalah memberikan gambaran yang jelas kepada kebaikan. Kebaikan itu adalah...
Seseorang yang membiasakan berfikir mendalam akan menjadikannya berfikir mendalam pada hal-hal lain di luar objek yang ia fikirkan seperti pada persoalan yang berkaitan dengan simpul besar (uqdatul kubra) atau cara pandang dalam kehidupan.
Sesungguhnya ada tiga pertanyaan mendasar yang ingin dipecahkan setiap manusia:
1. Dari mana alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada?
2. Untuk apa manusia hidup di dunia ini?
3. Akan ke mana manusia setelah kehidupan dunia ini?
Ketika tiga pertanyaan di atas terjawab, terlepas jawabannya benar atau salah, maka seseorang telah memiliki landasan, pedoman dan tujuan hidup.
Seseorang akan hidup di dunia ini sesuai dengan landasan itu. Ia akan berbuat, menjalankan aktifitas ekonomi, politik, sosial dan budaya berdasar landasan tersebut dan dengan standar dan nilai-nilai yang didasarkan pada landasan itu.
Bahkan, ia akan mengajak orang lain agar menjalankan kehidupannya dengan mengikuti landasan tersebut. Apapun bentuk perbuatan atau aktifitas manusia di dunia ini akan mencerminkan landasan apa yang ia jadikan pedoman, tuntunan hidupnya yang akan tergolong hanya kepada tiga landasan saja.
Pertama, landasan yang menafikkan keberadaan Pencipta dan menafikkan bahwa alam semesta, manusia, kehidupan dan aturan-Nya diciptakan (atheis*). Kedua, landasan yang mengakui adanya penciptaan, tetapi tidak pada otoritas pengaturan kehidupan (sekulerisme*). Dan ketiga, landasan yang mengakui adanya Pencipta sekaligus pembuat aturan-Nya untuk kehidupan manusia di dunia ini (Islam*).
Dari ketiga landasan itu akan diketahui bahwa seseorang ada atau menjalani kehidupannya dengan landasan yang mana.
Kebaikan adalah apa saja yang dipandang baik oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Keburukan adalah apa saja yang dipandang buruk oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dengan kata lain, bagi seorang muslim, yang menjadi standar baik dan buruk adalah Islam.
Dalam Islam , iman itu baik, kufur buruk; maksiat itu buruk, adil itu baik, dzalim atau fasik itu buruk; beramal shaleh itu baik, beramal salah itu buruk. Pejuang Syari'ah dan Khilafah itu baik, penentangannya itu buruk; pemurah itu baik, kikir itu buruk; jihad itu baik, terorisme itu buruk. Begitu seterusnya, tentu jika tolok ukurnya adalah syari'ah Islam.
*Baca serial UTRUJA KomiKaffah; untuk anak, bacaan orang tua bijak.
Judul: MENGURAI SIMPUL BESAR.
Oleh: Pak Anang.
CP: 0852 8363 0859
Langganan:
Postingan (Atom)